"Hanya kami berdua"


    Assalamu alaikum, sebelumnya saya berterima kasih untuk yang sering mambaca tulisan di blog saya, dan untuk yang baru baca blog saya. Blog ini berisi dua bagian, yang satu ada bagian #inifilmnya yang isinya mengenai film-film yang sudah saya nonton dan saya review, dan satunya lagi bagian #iniceritanya.

    Sementara itu, #iniceritanya dalam blog yang saya buat ini, adalah kumpulan kejadian-kejadian yang saya alami, true story, tapi saya menulisnya dari sisi pandangan saya, yang saya bentuk secara komedi. Meskipun ada beberapa kejadian-kejadian yang bikin tidak nyaman, aneh, ataupun memalukan, tapi salah satu cara untuk berdamai dengan kejadian di masa lalu, adalah dengan menceritakannya atau menulisnya, kebetulan saya orangnya overthinking, dan sedikit introvert, jadi gak ada banyak tempat untuk cerita, so the only option is wrote it, menulisnya.

Yaaa daripada di pikir terus, tidak bisa tidur, punya kantung mata, jadi botak, dan akhirnya saya jadi mirip zombie yang gak punya rambut, jadi mending di tulis ya kan, walaupun saya gak terlalu peduli juga kalau tidak ada yang baca, ataupun ada yang baca, tapi terima kasih, semoga cerita saya bisa menghibur anda, dan menambah pembelajaran dari apa yang saya tulis.

    Oke, kali ini saya akan menceritakan sebuah kejadian yang sangat sangat canggung, lebih canggung di banding saat kita beli bakso, tiba-tiba ada cewek di samping yang kebetulan juga sedang mau beli bakso, akhirnya kita diem-dieman, saling mencuri pandang, dan akhirnya kita mencuri bakso bersama, hehehe. Tidak seromantis itu, bahkan ini bukan cerita romantis sama sekali, lebih ke horror tanpa hantu, bagi saya.

    Lebaran tahun 2022 di bulan April, saya lupa ini terjadi di tanggal atau hari apa, intinya kisah canggung ini terjadi di hari libur setelah lebaran, dua atau tiga hari setelah lebaran. Saya masih ingat, hari itu sangat super membosankan, saya sudah berziarah ke beberapa rumah keluarga di hari-hari sebelumnya, orang tua pergi ke kampung nenek, di tambah semua adik-adik saya juga keluar rumah entah ke mana, jadi yap saya sendirian di rumah.

    Sebagai orang yang introvert dan suka menyendiri mungkin itu tidak ada masalah, bahkan menyenangkan, tapi tanpa sengaja saya membaca beberapa artikel di sosmed atau mungkin postingan tentang bertuliskan: “Makin kita dewasa, kita makin menghargai yang namanya hari libur”, sejenak saya berpikir; “iya juga ya, hari-hari lain saya sibuk kerja, yang ada waktu free cuman di hari libur, dan saya juga jarang menikmati hari libur”, kebanyakan hari libur saya nikmati dengan mencuci pakaian, nonton film, melamun, ajak kucing ngobrol, ajak kucing melamun, rebahan, mager, sangat membosankan sekali. Dari situ saya sadar, untuk lebih memaksimalkan waktu yang saya miliki.

    Saya langsung bikin list, hal-hal yang saya ingin lakukan di hari libur, seperti makan di KFC, nonton bioskop, menulis di cafĂ©, cari inspirasi di taman, dan semuanya saya lakukan sendiri, kenapa sendiri? karena kita gak harus bahagia kalau ada orang lain, bahagia ada di tangan kita sendiri, wess keren gak tuh, walaupun sebenarnya itu untuk menutupi alasan menyedihkan bahwa saya gak punya pacar, saya juga bingung mau ngajak siapa, anjir kenapa jadi sedih ya hahaha.

    Well, kembali ke cerita, setelah bikin list di hp, saya mandi, setelah itu pake pakaian terbaik yang saya suka, ambil dompet dan kunci motor, lalu berangkat menuju bioskop. Waktu itu siang hari, lumayan panas, di perjalanan saya terus berpikir; “film apa yang nanti saya tonton ya?”, setelah di ingat-ingat saya sebenarnya juga punya janji nonton film KKN di Desa Penari di beberapa hari sebelumnya dengan seseorang, cuman gak tau juga, kenapa gak jadi, nah dari situ saya tahu film yang rilis di bioskop, ada KKN di Desa Penari, Kuntilanak 3, dan cuman satu film komedi dari Ernest Prakarsa, Gara-Gara Waria, eh Warisan maksudnya.

    Saya sampai di bioskop, saat itu jam 13.25, saya ambil karcis motor, lalu pergi memarkir motor, beberapa orang terlihat berjalan masuk ke dalam bioskop, ada yang bersama pasangannya, ada yang bersama keluarga, ada juga yang cuman berdiri di tempat parkir sendirian, setelah di perhatikan itu rupanya si tukang parkir. Pola pikir introvert mulai muncul di otak saya: “ngapain sih sok-sok an nonton sendiri mending tidur di rumah, main game, nonton film” tapi kemudian beberapa saat kemudian saya membulatkan tekad: “seorang pria akan menyelesaikan apa yang dia telah mulai, pria punya selera”, anjir kenapa malah kayak iklan rokok hahaha.

    Saya memakai masker langsung berjalan masuk ke arah bioskop, sambil memikirkan film yang akan di nonton. Dengan rasa percaya diri walaupun sendiri saya membuka pintu bioskop, satpam menghampiri saya; “saya periksa kid ulu pak di?” Ucapnya.

“Iye.” Jawabku dengan pasrah.

    Setelah itu, saya menuju loket tiket, dan berhenti di belakang orang yang sedang antri membeli tiket. Suasana bioskop tidak terlalu ramai, terlihat di depan saya, pasangan yang saya lihat di parkiran tadi, sedang mengantri. Di Beberapa sisi ruang bioskop juga orang-orang ada yang sedang duduk menunggu beberapa film di mulai, dan di dekat loket pembelian tiket, ada beberapa cewek-cewek memperhatikan orang yang sedang mengantri, mereka terlihat berbicara satu sama lain dengan memakai masker. Mungkin mereka melihat saya dan bilang, “tukang service AC studio kapang itu laki-laki yang berdiri sendiri”, entahlah.

    Beberapa saat kemudian, pasangan di depan saya maju dan membeli tiket, mereka menunjuk kursi di layer monitor, terlihat sepertinya ada banyak yang sudah terisi, saya menebak itu film KKN, mereka kemudian bersama-sama berjalan menuju pelaminan, eh maksudnya studio.

    Actually, saya juga bukan orang yang munafik, kalau ada rasa iri melihat orang yang punya pasangan, menghabiskan waktu bersama, apalagi kalau ada orang yang sering menemani kita menghabiskan waktu bersama, tapi yaa mau bagaimana lagi, saat itu sudah terlajur, nasi sudah menjadi basi, saya harus menerima kenyataan bahwa saya akan menonton sendiri, lagipula siapa yang bisa saya ajak? Tukang parkir? Yaa masa saya harus menghampiri dia di tempat parkir, pegang tangannya perlahan, tatap matanya dengan yakin, lalu saya bicara dengan suara lembut: “kita nonton bareng yok” idih kenapa jadi jijik.

Oke kembali ke cerita, “Mau nonton film apa?” Kata si cewek tukang kasih tiket.

Saya diam sambil dan melihat jadwal film yang diputar, kemudian saya berpikir; “sesekali nonton film komedi lah. masa horror terus”

“Gara-Gara Warisan.” Ucapku sambal mengambil uang di saku celana.

“Tidak apa-apa filmnya sudah mulai 10 menit.”

“Iya.”

“Tiket untuk berapa orang?” Lanjutnya bertanya.

“Iye, sendiri.”

“Mau duduk di mana?” Tanyanya kembali.

    Terlihat di monitor hanya satu lampu merah menyala, yang menandakan hanya satu orang yang sudah memesan tiket untuk film ini. “Sembarang” Jawabku.

    Cewek si tukang jual tiket itu mengerutkan dahinya, entah dia tertawa atau terkena stroke, karena memakai masker. “Iye kita pilih saja di situ tempatnya.” Ucapnya. Iya sih, agak aneh kalau saya jawab “sembarang” kesannya seperti cewek PMS yang di tanya, “mau makan apa?”, soalnya begini, saya pernah di posisi yang sama, dengan kondisi dan pertanyaan yang sama, saya sementara memilih tempat tiba-tiba si cewek tukang monitor kursi bioskop ini malah bilang, “langsung ki saja masuk bioskop, karena sedikit yang nonton” tapi yaa sudahlah.

    Saya melihat tiket, dan langsung menuju ke studio. Pintu studio tertutup, tidak terlihat cewek si tukang robek tiket yang biasanya berdiri di depan pintu bioskop, saya langsung membuka pintu, membuka tirai, dan pelan-pelan saya berjalan masuk. Film sudah di mulai, tapi tidak terlihat siapapun didalam studio, untung yang di putar bukan film horror, takutnya kalau film horror yang di putar, nanti ada hantu yang tiba-tiba sok asik duduk di samping saya dan bilang “sendirian aja nih brow”.

    Saya berjalan menaiki tangga dengan perlahan sambil mencari posisi yang pas untuk menonton film, akan tetapi sejenak saya mengalihkan pandangan saya ke arah kursi atas, terlihat seorang perempuan duduk sendirian, tatapan kami bertemu dan bertahan beberapa detik, saling memandang, mungkin dia sedikit terkejut dan berpikir; “orang bodoh mana yang mau nonton sendirian di bioskop?” yap itu adalah kami berdua, yang datang dengan percaya diri, di temani hanya dengan bayangan kami masing-masing. “Itu orang kan?” Ucapku pelan, sementara itu dia hanya diam, seolah memberikan tatapan “ kenapa kita hanya berdua di bioskop ini?”.

    Seandainya kita saling mengenal, mungkin saya akan bilang: “tumben nonton film sendirian”, dan mungkin dia akan balas: “tumben ada penjual nasi kuning dalam bioskop”, saya lalu mengalihkan pandangan ke kursi yang akan saya tempati, dan duduk dengan perasaan aneh. Aneh? kenapa aneh? Bayangkan dari beberapa studio yang ada di Planet Cinema, di sini hanya “kami” berdua, yap hanya kami berdua, seolah-olah di siang hari itu studio kami sewa berdua, eh sorry saya ralat, seolah-olah studio itu di sewa olah dua orang asing yang tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

    Saya mencoba untuk menonton fokus menonton film yang terkadang membuat saya tertawa, namun, perasaan aneh dan canggung selalu muncul yang membuat saya terus berpikir, overthinking tentang apa yang sebenarnya harus saya lakukan, atau apa yang nanti akan terjadi. Saya sempat berpikir untuk mengecek kakinya, apakah menyentuh lantai bioskop, apakah dia nyata atau kah hanya ilusi yang diciptakan  untuk menemani orang-orang kesepian, tapi pikiran itu saya hilangkan, takutnya nanti pas saya mau cek, saya di kira orang mesum terus kepala saya di tendang.

    Atau mungkin diam-diam cewek itu pembunuh bayaran, yang disewa untuk membunuh saya, tapi kalau di pikir-pikir biasanya pembunuh disewa untuk membunuh orang penting, sedangkan saya bukan orang penting, situasi canggung ini membuat saya berpikiran yang aneh-aneh, absurd. Beberapa menit berlalu, saya mulai menikmati film yang di produseri Ersnest Prakarsa ini, filmnya benar-benar seru dan menyenangkan untuk di nonton, keputusan saya tidak sia-sia, sayang sekali hanya sedikit orang yang menonton. Sesekali saya tertawa, dan sesekali saya terharu melihat drama dan komedi yang di susun dengan rapi dalam film.

    Terdengar suara tawa dari cewek tersebut, yang menandakan bahwa dia juga menikmati filmnya. Lucu sih, kadang kami bersahut-sahutan tertawa, kadang juga kami tertawa bersama meskipun hanya dua orang asing yang tidak saling mengenal, rasanya seperti tes vocal, tapi versi tawa kuntilanak, kayaknya kalau ada orang yang mau masuk, pasti langsung lari ketakutan dan pergi lapor ke satpam, kalau di studio kami ada kuntilanak yang belajar nyanyi. Film sampai di pertengahan cerita, saya sempat berpikir untuk sekedar basa basi menyapa dia, yaa mungkin dengan kalimat “halo neng, sendirian aja nih” atau “halo guys welcome back to my channel” kenapa malah jadi salam youtuber, atau mungkin bagusnya saya bilang; “filmnya bagus dih, bisa saya temani ki nonton?” yaa itu kalimat yang lumayan.

    Namun, tiba-tiba pintu bioskop terbuka dan seperti ada orang menyentuh tirai, seketika saya mengurungkan niat untuk menyapa cewek tersebut, saya sempat berpikir; “mungkin itu pacarnya yang baru datang” tapi ternyata orang tersebut tidak menampakkan dirinya, pintu bioskop kembali tertutup. Menjelang akhir film, saya sudah tidak berpikir untuk melakukan apapun, hanya menikmati film, adegan drama yang menyentuh hati, membuat kami dua orang asing tidak membuat suara apapun, terharu akan adegan dalam film tersebut.

    Beberapa saat berlalu, akhirnya film berakhir, saya langsung beranjak dari kursi dan berjalan keluar dari studio, karena kalau saya menunggu cewek itu berjalan duluan, itu akan membuat kejadian yang canggung kembali. Saya berjalan keluar dari bioskop, menuju ke tempat parkir, dan seperti yang selalu saya lakukan ketika berada di suatu tempat, saya berhenti lalu kemudian memfoto beberapa hal menurut saya menarik. Tiba-tiba cewek yang tadi di dalam studio, berjalan melewati saya dari samping, saya tidak melakukan apapun, dia berjalan kearah sepeda motornya berada, saya kurang tahu apa yang dia alami, apakah dia punya masalah dengan keluarganya, sehingga dia harus menonton sendirian, ataukah tidak ada yang menemani dia menonton film, atau mungkin dia orang yang mencoba mencari ketenangan, tempat dan waktu untuk menyembuhkan perasaannya, yang mungkin pernah terluka, capek, atau lelah, apapun itu saya harap dia baik-baik saja. Cewek tersebut menaiki motornya, lalu kemudian pergi.

    Terkadang ketika saya mengingat kejadian ini, saya mulai berpikir, apakah saya gagal menghibur dan menemani cewek tersebut? apakah saya seorang pengecut yang bahkan tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun kepada dia? apakah ini kebetulan atau memang ini sesuatu yang di takdirkan bagi dua orang asing yang tidak saling mengenal untuk bertemu? atau mungkin dia adalah jodoh saya, dan saya melewatkannya? well saya kurang tahu. Sebenarnya saya sudah merasa cukup lelah mengejar dan berjuang untuk seseorang, sehingga semuanya akan terasa sama saja.

    Pemikiran yang sempit ya hahaha, saya hanya tidak ingin terkadang orang yang menghabiskan waktu dengan saya merasa sia-sia, dan akhirnya cenderung menyalahkan diri sendiri, tapi sudahlah, bersamaan dengan saya menulis cerita ini, saya melupakan, dan tidak terlalu memikirkan.

 

Wassalam.


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Film The Sadness (2021)

Review Film Ambulance (2022)

Review Film Pengabdi Setan 2 Communion (2022)